Saturday, February 23, 2013

crazy litle thing called love versi guee



gak tau deh nih cerita udah pasaran atau nggak.
yang pasti gue malah nulis nih cerita di saat gue seharusnya nulis dan ngerjain hal lain yang masih numpuk.
selamat membaca :)



Percaya atau tidak, dimanapun kita berada, disekolah, di kantor, di tempat les dan dimanapun. Kita pasti akan bertemu dengan satu orang yang paling menyebalkan, paling sering membuat kesal dan paling tidak disukai oleh hampir semua orang.
Gangguan dari orang itu memang pasti akan berakhir ketika kita pindah ketempat lain, sialnya, aku memiliki satu orang menyebalkan yang sama sejak aku SMP sampai SMA. Dan entah bagaimana, hari itu aku kembali dipertemukan dengan jenis orang yang baru saja kubicarakan.
Aku hendak pulang kerumah setelah memastikan bahwa cafe ini berjalan dengan baik, tiba – tiba saja aku berpapasan dengan seseorang yang aku rasa aku kenal. Hanya saja tampilannya berbeda. Membuatku sedikit ragu bahwa itu adalah dia.
Aku masih ingat jelas bagaimana dia berpakaian saat di SMA, baju tidak di masukkan, bahkan tidak jarang dia melepas semua kancing kancingnya, tidak pernah memakai sepatu hitam, selalu datang terlambat dan yang paling mencolok adalah, selalu berambut gondrong.
Aku yakin aku pasti salah orang. Karena laki – laki yang baru saja berpapasan denganku adalah laki laki dengan rambut cepak, memakai stelan jas rapi dan memakai pantople hitam yang mengkilap.
Langkahku terhenti untuk beberapa saat, memikirkan apa aku benar atau salah. Kuputuskan untuk berbalik untuk memastikan.
Ketika aku berbalik, tanpa kuduga diapun berbalik.
“lo!” ujar kami saling tunjuk satu sama lain bersamaan.
“hey!” sapa nya dengan senyum ramah.
“ngapain lo disini?” balasku ketus, sama sekali tidak berminat menanggapi sapaan ramahnya.
“elo yang ngapain disini? Gue si yaaa mau beli kopi aja..”
“oh! Ok, bye!” aku sama sekali tidak berminat untuk berbicara panjang lebar lagi dengannya, akupun berlalu.
***
Beberapa hari kemudian..
Aku sedang menggantikan Irina yang tidak bisa datang karena sedang sakit tipfus. Aku berdiri dibalik mesin kasir. Awalnya semua baik – baik saja, sampai akhirnya dia muncul.
“hey!” sapanya, lagi – lagi bertingkah ramah, membuatku sedikit risih.
Aku hanya memberinya sedikit senyum, “mau pesen apa?”
Dia mendekatkan kepalanya dihadapanku, “bisa ngobrol sebentar gak?” bisiknya.
Aku hanya menatapnya tak berminat, “bisa langsung aja? Mau pesen apa? Ngantri tuh!”
Dia kembali mundur, lalu melirik kebelakang dan sedikit terkehkeh. “capucino.” Ujarnya singkat.
***
Beberapa minggu setelah itu, aku selalu bertemu dengannya di kafe. Entah bagaimana caranya. Dia seperti sudah sangat hafal jadwalku datang untuk mengecek ketempat ini.
“lo lagi?!” erangku ketika kami berpapasan di pintu masuk. “lo ngikutin gue atau apa?”
“loh?” dia menaikan sebelah alisnya, “gue kerja di hotel ini, dan cafe ini letaknya disini, jadi makan siang paling deket kalo gue lagi bosen makanan hotel, ya disini!” bebernya.
“lo emang berbakat jadi OB, udah keliatan dari jaman SMP.” Ujarku ketus sambil lalu.
“Aster!” serunya, “bisa kita ngobrol sebentar? Kita kan udah lama nggak ketemu..”
Aku berbalik, “sorry, gue lagi banyak kerjaan.”
***
Setelah beberapa hari tidak muncul, akhirnya aku kembali melihatnya di salah satu sudut kafe, bedanya hari ini dia datang bersama beberapa orang teman yang memakai stelan sama, jas, dasi, pantople. Entah jenis pekerjaan apa yang dia kerjakan dihotel ini, dan entah bagaimana orang serampangan seperti dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
Aku berusaha tidak menghiraukannya. Tapi, setelah beberapa bulan terus dihantui olehnya rasanya aneh juga jika satu hari kulalui tanpa gangguan darinya. Seperti ada yang kurang.
Sudahlah, dia hanya hama pengganggu.
“samperin aja kali!” Irina tiba-tiba saja datang dan dengan sengaja menabrakan bahunya dengan bahuku.
Aku menatapnya kesal.
“kehilangan kan lo!
“apaan sih?”erangku.
Irina terkikik, lalu pergi meninggalkan aku.
***
Siang ini aku duduk disalah satu sudut kafe, ditemani segelas milkshake dan sebuah novel. Semuanya berjalan biasa saja sampai tiba – tiba dia muncul dihadapanku.
“boleh gabung?”
Aku menatapnya aneh untuk beberapa saat, dan setelah di pikir pikir mungkin aku terlalu kelewat jahat tidak mau menerima sikap baiknya selama ini. Maka, siang itu aku menggukan kepala.
Tapi, membiarkan dia duduk bersamaku bukan berarti kami berdamai dan bisa mengobrol santai seperti pengunjung lainnya. Aku,hanya terus membaca tanpa menegurnya sedikitpun.
“bisa ngobrol sebentar..?” tanyanya ragu, sambil menarik turun novel yang sedang kubaca.
Untuk beberapa saat, kuhabiskan untuk berpikir dan menimbang nimbang. Sampai akhirnya kuputuskan untuk memberi sedikit kesempatan perdamaian untuknya.
            Kuihat dia tersenyum senang, walaupun semuanya sudah berubah, tapi senyum nya tetap sama.
“ehm.. gue gak tau ini saat yang tepat atau nggak buat bicarain ini sama lo..” dia diam untuk beberapa saat, “sebenernya dari pertama kita ketemu, waktu kita dihukum nari tori – tori di hari ke dua ospek SMP karna kita ketauan bawa hp-”
“bisa to the point aja?” sergahku.
Dia menghela nafas, lalu menatapku untuk beberapa saat. “gue suka sama lo. Gue sayang, cinta dan atau apalah itu lo nyebutnya.”
Detik itu juga aku diam, tak bisa mengatakan apapaun. Sebagian besar pikiranku berkata bahwa ini hanya mimpi atau dia baru saja salah memakan suatu obat yang membuatnya bicara ngawur.
“lo pasti bingung. Gue juga bingung harus gimana ngejelasinnya!” dia terlihat frustasi karena aku terlihat sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dia bicarakan, seolah dia berbicara dengan bahasa alien. “gue tau pasti kalo gue itu sama sekali bukan tipe lo. Jelas! Dan gue tau banget kalo lo itu gak mungkin banget ngelirik gue.”
Aku masih diam, dan dia mulai gelisah.
“ok! sorry, kalau dulu gue sering banget jailin lo! Tapi jujur aja itu karena gue suka sama lo, gue jaillin lo atau temen – temen lo Cuma biar lo merhatiin gue. Biar gue bisa ngomong sama lo! Yaaa walaupun lo ngomong sama gue nya sambil teriak teriak dan emosi tingkat tinggi.. tapi itu udah bikin gue semangat buat dateng kesekolah tiap pagi.”
Dia mencuri pandang padaku, tapi aku masih tidak menghiraukannya.
“karna gue tau, gue gak akan bisa bikin lo cinta sama gue, jadi gue bikin lo benci sama gue.. lo tau kan? Benci sama Cinta itu sama aja? Maksudnya kan kalo lo cinta sama seseorang, lo akan mikirin dia terus, dan kalo lo benci sama seseorang lo juga pasti akan merhatiin orang itu. Apapun yang di lakuin sama orang yang lo benci  nantinya pasti akan lo gosipin sama temen temen lo!”
Dia menggaruk garuk kepala, terlihat benar benar gelisah, bingung, canggung dan lainnya.
“yeah.. di film juga banyak kan, yang tadinya mereka musuh bebuyutan tapi endingnya mereka saling jatuh cinta.” Dia menatapku, “sebenernya gue mau ngomongin ini  sama lo dihari kelulusan kita. Tapi ternyata, gue ketinggalan berita kalau lo dapet beasiswa di singapur dan hari itu lo udah pergi. Gue putus asa. Gak tau harus cari lo kemana.”
Dia kembali menunduk, tapi kemudian kembali mengangkat dagu dan tersenyum. “gue gak tau ini takdir atau musibah buat lo ketemu gue, yang pasti ini anugrah buat gue.”
Aku menghela, “udah ceritanya? Sorry, gue ada kerjaan. Bye!” aku pergi meninggalkannya.
Otakku kosong, semuanya terlalu mengejutkan.
***
Sejak hari itu aku tidak pernah lagi menemukannya datang ke kafe. Apa aku kelewatan? Sehingga membuatnya membenciku? Atau dia putus asa dan bunuh diri? Tidak. Tidak mungkin!
 “woy!” Irina mengejutkanku, “nglamun aja! Ksambet lo!”
Aku hanya meliriknya, lalu kembali menatap pintu masuk cafe.
“apa sih lo!” erangku, menatap garang Irina yang sedang menatapku tanpa berkedip.
“engga..” dia menggeleng geleng, lalu pergi mengantarkan sebuah pesanan kesalah satu meja yang biasanya ditempati dia.
“dia gak akan dateng! Gak usah diliatin terus tuh pintu!” gurau Irina.
Aku berbalik dan menatapnya kesal, “terus?”
“yaaa ngasih tau aja siihh..” ujarnya.
 “penting gitu buat guee?” kataku sambil berlalu, menuju dapur untuk men-check keadaan disana. “apa lo liat liat!” kataku pada seorang penjaga kasir yang menatapku seperti tatapan Irina tadi.
Apa – apaan mereka itu?!
Setelah memastikan tak ada masalah apapun seperti biasanya aku kembali ke meja kasir dan membuat secangkir kopi untukku sendiri.
“tadi Saga kesini..sekitar jam sepuluh gitu deh. Katanya dia mau ke batam.”
Kulirik Irina dengan alis terangkat, “urusannya sama gue?”
Irin mengangkat bahunya, “yaaa tadi dia Cuma titip pesen aja, katanya suruh sampein kalo dia mau ke batam.”
“so penting banget sih tuh orang!”
Aku berjalan menuju sebuah sofa, untuk menikmati secangkir kopi buatan ku sendiri, biasanya dia disana, menghabiskan waktunya dengan secangkir kopi dan laptonya.
“oh iya!” Irina membuatku berhenti, “nih!” dia memberiku secarik kertas, “katanya kalo kangen, telfon aja!” ujar Irina sambil menahan tawanya.
“what theee..?” aku berlalu, dan tentu saja tidak mengambil kertas itu.
Aku salah besar jika berpikir bahwa dia sudah berubah. Dia tetap menyebalkan dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tak ada batasnya. Tapi apa yang dia lakukan di batam? Kenapa begitu mendadak? Apa ada sesuatu? Dia udah  makan belum ya?
Cukup! Lo mikir apa sih! Gak penting banget!
Dia adalah seorang laki – laki dewasa. Pasti bisa lah taking care of himself!
Ugh! Aku menggeram sendiri, lalu berjalan menuju meja kasir tempat Irina. Aku hanya diam, sementara mataku bergerilya mencari secarik kertas tadi.
Damn! Dimana kertas itu?!
Irina menyodorkan secarik kertas itu kehadapanku.
“maksud nyaa?” kutatap kesal Irina.
“mba nyari ini kan?”
Aku memutar bola mataku “you gotta be kidding!”, akupun berbalik setelah mengambil tisu lalu kembali ke sofaku.
Irina hanya diam, sampai aku akhirnya kembali dan dengan cepat mengambil secarik kertas itu, “gue Cuma mau tanya sama dia masih simpen buku tahunan SMA atau nggak, soalnya gue gak punya.” ujarku cepat.
Irina hanya mengangguk sambil menahan senyumnya. Aku kembali berjalan, lalu kembali berbalik pada Irina “gue tuh gak ada apa-apa sama dia! Cuma temen! Temen dari jaman SMP sampe SMA! Bukan temen juga sih toh gue berantem terus dulu! Gue-” aku mengerang, kesal dengan apa yang diriku sendiri katakan. “whatever!” aku bergegas kembali ke sofaku.
Kulirik kertas itu sekali, lalu menimbang nimbang dalam waktu yang cukup lama. Kalo gue beneran telfon, gr nya pasti nambah! Makin nyebelin deh tuh anak!
“udahh telfon aja..dari pada kepikiran terus..” ujar Irina yang baru saja mengantarkan pesanan sambil lalu.
Aku memelototinya.
Ini sudah hampir jam tiga sore, hari ke tujuh sejak hari terakhir aku bertemu dengannya dan aku masih belum mendapatkan kabar. Sedikit mambuatku merasa bersalah.
Ok fine! Gue akan coba telfon sekali. Kalo gak di jawab gak akan gue telfon lagi. Kucoba mengetik nomer telfon di kertas ini.
Tuuttt..
Tak ada jawaban. Kututup. Baiklah satu kali lagi.
Dijawab.
“hello! Ini Saga, disana siapa?” jelas jelas itu dia, berbicara dengan logat ciri khas nya.
 Aku hanya diam. Irina dan karyawan lain terlihat sedang menonton ku seperti sedang menonton sebuah drama di TV. Kuputuskan untuk pergi kekamar mandi. Aku duduk diatas closet.
“heloo..?” katanya lagi. “Aster..?”
“dari mana lo tau ini gue?” kataku kesal.
Dia terkehkeh. “karna gue tau lo bakal telfon gue!”
“PD banget sih lo! Gue matiin!”
“hey! wait! Wait! Wait!” ujarnya tergesa gesa. “tadi pagi gue buru buru dateng ke kafe, tapi ternyata lo nya belum dateng makannya gue titip pesen aja sama karyawan lo! Gue di sini Cuma tiga hari ko! Ada beberapa acara gitu.. sorry juga gue gak dateng ke kafe seminggu kemaren, lagi sibuk banget soalnya.”
“emang gue nanya?”
Dia sama sekali tidak menghiraukan kata kata ku, hanya terus berbicara seolah aku tidak mengatakan apapun dan hanya mendengarkannya.
“nih gue baru sampe batam, dan tadi sempet beli burger sih pas jalan mau ke bandara..”
“penting gitu buat gue?!” kataku lagi, dan dia masih tidak menghiraukanku.
“bentar juga gue mau mampir dulu lah ke resto buat makan.. jadi, lo gak perlu khawatir.”
“males banget!” lagi lagi dia acuh.
“gue-”
 “Ga!” aku setengah berteriak, memotong kalimanya. “gak penting banget sih lo ngomong!”
“yaa lo nelfon gue buat nanyain itu kan?” jawabnya.
“gak penting banget! Gue kan Cuma mau tanya..”
“tanya apa?” katanya lembut.
“tanya..” aku baru sadar kalau ternyata pertanyaanku sudah dijawab semua olehnya. “GAK JADI!’ erangku, seraya mematikan telfon.
Syukurlah kalau dia baik baik saja..
***
Tiga hari kemudian..
Aku duduk santai di kafe, kemudian tanpa diduga seseorang meletakkan sebuah buku harian kusam di meja tempat ku duduk. Mataku terbelalak, aku langsung mendongak dan tambah terkejut ketika aku melihat Saga sedang berdiri disana menatapku dengan senyuman hangat.
“kaka lo yang kasih ke gue pas gue nekat datengin rumah lo!” ujarnya singkat, kemudian duduk di sofa dihadapanku. “sayangnya, pas mau gue balikin, ternyata keluarga lo juga pindah rumah, jadi sekarang gue balikin aja ke lo!”
Aku bisa merasakan wajahku yang merah padam.
“gak sopan!”
“udah lahh.. gak usah so jutek gitu lagi!” dia pindah duduk disampingku, menarik sofanya lebih dekat dengan sofa ku.
“gue janji gak akan nyebelin lagi.. lo liatkan gue kaya apa sekarang? Gue gak serampangan lagi, lo maunya gue kaya gini kan?”
Aku tertegun, mengingat isi dari buku harian itu. Sebagian besar isi dari buku itu adalah tentang betapa aku menyukainya, dan harapanku padanya. Baru ku sadari, bahwa dia sekarang adalah dia harapanku dulu.
“gue janji gak akan bilang siapapun!”
Aku tersipu malu, sangat malu.
“udaaah.. gak usah so’ malu gitu! Biasanya juga lo malu maluin.” sergahnya.
Lalu kami tertawa. Sejak hari itu, kami tak terpisahkan, tak ada lagi teriakan teriakan kesal, tak ada lagi kemarahan yang meledak ledak. Semuanya berubah menjadi indah.
Nobody knows whats future bring. Aku percaya takdir itu ada, dan semua harapan pasti bisa jadi kenyataan.

Sunday, January 06, 2013

diam bukan berarti gak apa apa.

ini gue mau curhat.

kamis kelabu itu emang gak mungkin banget gue lupain.
iya. kalo emang lo pengen jadi orang yang gk bisa di lupani. lo berhasil.
itu pertama kalinya gue ketemu sama orang yang bener bener gak punya atitude, dan kebanyakan nonton sinetron.

gue gak pengen marah marah tapi...

makin gue diem, makin bikin gue enek.
makin gue berusaha buat lupain, makin nempel semuanya di kepala gue.
makin gue berusaha buat gak ngata ngatain, makin sering gue nyumpahin dia dalm hati.

semua nya makin makin makin.
gak usah tanya gue marah atau apa.
pikir aja sendiri.



liburan yang gk jadi gagal



S-E-M-E-R-U
Sebelumnya gue mau colek ranger abu abu dulu (≧◇≦) dan ('́) SALAM SOMBONG buat ninja hatori yang lebaran kemaren ngeduluin gue ketempat ini sama mami papinya. HA HA HA
(" ˆˆ>ԅ(ˆˆԅ)
Well jujur aja waktu sampe dan naikin tangga sebanyak 220 (udah gue itung sendiri) gue kecewa, dan berpikir, gue ngapain ya ke atas sini? Well YES IT IS. IT IS BEAUTIFUL.tapi yaaa you know its INDONESIA. Seperti biasa, SAMPAH. Eeewwwww banget tau gak! Merusak pemandangan parah! Udah gitu tukang dagang dimana, mana. Nyebelin lah!
Kurang berasa gunungnya. Berasa banget sih kalo ngomongin soal CUACA dan UDARA nya. Brrrrrrr, yang pasti gue beli edelweisse, kebetulan banget si ninja hatori udah rengek rengek minta oleh-oleh. Jadi ya udah lah yaaaa, gue beliin aja nih bunga gunung.
Dan satu lagi yang gue aneh. Gunung salak aja, dari mana mana sebogor keliatan aja itu gunung. Tapi. Anehnya disini, gue gak liat sama sekali bentuk gunung nya dari kejauhan. Bahkan ketika gue turun dari mobil. Gue masih bingung gunungnya dimana? Karena kabut, jadi gue bersama sepupu kecil gue –sebut saja bunga- balik ke mobil dan nyantai – nyantai. Tapi terus kita dipanggil dan akhirnya dengan perjuangan keras kita sampai di atas gunung dan liat kawah yang pinggir pinggirnya banyak sampah.
(ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!l) (ˇ_ˇ'!)
Niatnya sih kita mau taun baruan disini, tapi om gue yang emang rese nya naujubilah itu kita jadi nya turun dari gunung ditengah kabut tebal dan langit yang mulai gelap #eeaaaaa
Padahal gue pengen liat sunset.
Gue pikir, tadi tuh pas udah belok masuk gang udah sampe gitu, ternyata belum aja. Masih jauh banget ternyata. Sekitar seperempat perjalanan, atau kurang sedikit lagi mobil gue kehausan dan minta minum. So kita isi solar dulu. Dan lo tau, sumpah itu supir gue do*g* parah! Masa di suruh berenti sama orang orang gak jelas pake berenti. Udah gitu pas tuh orang bilang jalanan macet, DIA PERCAYA AJA.  Dan lo tau, pas kita ninggaling pom bensin setelah perdebatan panjang kita harus bayar parkir. MAN DI POM BENSIN BAYAR PARKIR. DAN LO TAU BAYARNYA BERAPA. LIMA RIBU RUPIAH. IYA!  5000, uang yang bisa aja gue beliin baso super enak di deket rumah gue.
GOD!!!! bialng aja lo nya males nyetir! Terus gue bayar lo buat apa ƪ(°;◦)ʃ Ϛ(°..˚)Ϟ ƪ(°;◦)ʃ PARAHNYA. Sekitar setengah perjalanan, tuh supir masih aja ikut pas di suruh berenti. MAN! Baru juga setengah perjalanan. Ya udah akhirnya solat dulu aja karena ada mesjid di sana. *so angel
Jalan lagi sampe akhirnya kita diminta beli tiket masuk. Baru deh kita beneran sampe dan harus lanjut jalan kaki, atau pake ojek atau pake mobil jeep sewaan, dan kerena kalo naik jeep itu kita masih perlu jalan cukup jauh (yang sebenernya sih kalo buat gue mending jalan agak jauh dari pada harus naik ojek) semuanya milih buat naik ojek aja. ƪ(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)Ʃ
*gue pasrah.
Singkat aja sih sebenernya cerita gue, yang pasti gue tetep kecewa sama orng indonesia yang gak ada nyadar nyadar nya tentang sampah.
Man! Please! Stop and think for a while. This is our. we’re the one who possible to protect all these beautiful place, before other country take it from us.

Well HAPPY WEDDING buat miss Flower *big hug gpp lah ya telat dikit, kan lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Xoxo

WR

Sunday, December 23, 2012

Karena setiap orang itu berbeda.



Gue melewatkan beberapa film indonesia, bahka gue hampir melewatkannya sama sekali. Terhitung sejak gue lulus smp, gue udah gak pernah ngeliriik yang namanya film film buatan indonesia, gak peduli apapun yang tv atau orang orang bilang tentang film itu. Gue udah hilang kepercayaan dan terlanjur punya mindset kalo film indonesia itu pasti gak banget.
Mungkin itu juga yang banyak dipikir orang orang. Mungkin..
Tapi gue nyesel karena udah  ngelewatin satu film, judulnya Milli dan Nathan (walaupun gue udah nonton di  TV). Gue tau waktu film itu di tayangin di bioskop, dan gue Cuma berpikir, yaaaa  paling standar.
Sekarang, setelah gue pikir pikir lagi, semua film cinta/drama, dari negara manapun, siapapun yang buat, dan  siapapun yang main, pasti pada dasarnya cerita itu akan sama, semuanya tergantung gimana si sutradara, penulis skenario dan  tim creatif mengubahnya menjadi sebuah cerita yang berbeda dengan yang lain.
Back to Milli & Nathan.
Film ini cerita nya gak begitu rumit, tetap pada standar yang gue bilang tadi. Tapi dari sudut pandang gue, gue ngeliat film ini wow banget. Favorit gue deh.
Dari beberapa sisi, dan beberapa scene gue ngerasa seseorang udah  bikin hidup gue jadi film. Tentunya, gak 100% sama lah! Hanya di BEBERAPA scene.
Yang pasti recomended  deh buat di tonton!
Film ini bikin gue mikir lagi. Apa gue juga harus berenti kuliah dan milih fokus nulis. Gue yakin nyokap bokap gue juga bakal kaya keluarganya mili yang ngizinin aja. Karena, dari dulu juga gue dibesarkan dengan “do what i love, love what i do.” Tapi, gue tau persis LIFE ISN’T MOVIE. Gak semudah itu dapet penerbit, gak semudah itu juganulis buku best seller.
Terus gue harus gimana sekarang?
Oke.. akhirnya gue kembali pada apa yang dosen gue bilang. “mungkin bukan sekarang waktunya.”
PRAY.WAIT. TRY. BELIEVE. PATIENT.
gue selalu berpikir buat kuliah di luar negri. Itu sebuah mimpi yang menurut gue wajib banget buat gue gapai. Tapi, tiba tiba gue menemukan sebuah kenyataan mengejutkan bahwa anak dari seorang temen  nyokap gue yang kuliah di London  sana itu nikah sama cowo yang merupakan tetangga gue, just FYI aja rumah gue tuh terletak di pedalam.
Di situ gue berpikir. OMG! Buat apa th orang sekolah jauh jauh ke LONDON tapi akhirnya nikah sama orang pedalaman juga. Gue ukannya ngerendahin atau berpikir bahwa orang yang kuliah diluar itu harus nikah sama BULE. Tapi, maksud gue-
Errrr, just O MY GOD!
Tak bisa di ungkapkan dengan kata kata.
Gue pun jadi kembali teringat pada percakapan gue dengan seorang dosen gue yang dulu pernah dapet beasiswa S2 ke Amerika. Gue banyak nanya sama dia gimana ceritanya dapet beasiswa. Biar gue bisa mengekor gitu maksudnyaaa..
Tapi karena dia orang yang bijak dia pun pada akhirnya berkata. “sebenernya sih, gak begitu penting lah itu kuliah dimana, dapet akreditasinya apa, atau siapa dosennya, yang penting itu SKILL kita nya dan banyak LINK yang kita punya.”
Setelah gue inget – inget lagi, gue pun inget, kalau dari jaman dulu itu tiap gue setiap gue ditanya gue mau kuliah apa, gue pasti jawab SASTRA INGGRIS, dan ketika mereka tanya akan jadi apa setelah gue lulus kuliah, gue akan menjawab JADI PENGUSAHA. Pastinya pertanyaan lain muncul, “lah terus lo kuliah buat apa?” gue selalu menjawab dengan simple. “kuliah ya buat kuliah aja..”
Kenyataannya, sekrang gue berkuliah di jurusan komunikasi dan gue masih bercita cita untuk mejadi seorang arsitek, sutradara dan penulis.
Semuanya teramat sangat gak nyambung.
We’ll see. Who will i be?
It’s up to me huh?

Ini kutipan dari novel yang Milli bikin.

Dia adalah  manusia di persimpangan yang tidak tau  harus belok kanan, belok kiri.
Yang dia tau hanya terus berjalan lurus.
Sampai di satu titik, ketika sebuah  halangan menghadang, dia bingung.
Dan akhirnya memilih untuk mundur kebelakang.
Karena yang dia tau  hanya terus berjalan.

Xoxo
WR

Sunday, December 16, 2012

KALAU SEANDAINYA NAMA BELAKANG GUE ITU “BLACK” ATAU SETIDAKNYA GUE ITU KETURUNAN SUKU QUILEUETTE MUNGKIN GUE UDAH BERUBAH JADI SERIGALA RAKSASA DAN NGEBUNUH SEMUA ORANG YANG GUE SAYANG


Beberapa hari yang lalu tepat di hari ulang tahun bokap gue tercinta di tanggal cantik yang seandainya bisa, gue pengen lahirin anak atau meried di tanggal itu gue berhasil mendahului ranger abu abu buat nonton 5cm bareng ninja hatori, Miss G, ranger pink kecoklatan dan kaka menwa.

berhubung gue belum baca novelnya, jadi dari kemaren kemaren itu gue Cuma bisa bertanya tanya apa yang di maksud dngan 5cm, baru setelah gue liat cover filmnya, gue menyimpulkan bahwa 5 cm ituuu.. merupakan sebuah singkatan dari 5 sahabat, 2 Cinta dan 1 Mimpi.

TAPI ternyata, setelah gue nonton sampe akhir baru tau dehhh kalau yang di maksud dengan 5 cm itu adalah seperti yang Zafran bilang “ketika lo mimpi, biarkanlah mimpi itu menggantung di sini, 5 centi di depan kening.”
BEGITUUUU..

Tapi gue baru sadar, ada unsur penipuan di film ini.
1.    1.  Coba lo liat thriler nya deh. (ini khusus buat yang belum baca novel atau di ceritain tentang bukunya sama temen) kalo gue sih pas liat, at the first sight yang di otak gue adalah nih film seru nih, aga horor, mistik, adventure, menegangkan, dramatis blah blah blah. Tapi ternyata ini film murni tentang cinta di friend zone dan petualangan mendaki gunung mahameru yang seru dan bikin gue makin penasaran buat nyoba terutama ke gunung yang sama.
2.    2.  Coba lo liat cover film. Lo akan menemukan semua cast megang tali dan bawa tas gede bgt pas lagi daki. Tapi di film, pas nanjak di tanjakan curam itu mereka gak bawa apa apa dan sama sekali gak di bantu tali atau apapun.

Gitu aja sih. Intinya gue baru menemukan film indonesia yang berbobot lagi setelah film petualangan sherina yang gue tonton berabad abad yang lalu itu. Semangat deh buat perfilman indonesia. Good luck. Maju terus. Dan semoga di masa depan gue bisa ikut meramaikan dengan film film keren lainnya, yang akan meng ekspose the beautiful indonesia biar seluruh dunia tau.
aaamiiinnn

Well, at least nasi udah jadi bubur so makan aja. Yang penting kan tetep dapet pizza dari Dorami.
Xoxo
White Ranger